The D-Day
6:12 AMTiba sudah harinya.
Pagi ini saya bangun dengan perasaan tak menentu. Saya akan tinggalkan semua ini untuk waktu yang tak dapat ditentukan. Rumah, yang sudah melindungi kami dari panas dan hujan selama 9 tahun, Serenity, si Nissan Serena kesayangan yang telah menemani kami di jalan-jalan ibukota, yang juga telah mengantarkan kami setiap Desember melintasi kota-kota di sepanjang jalur Pantura menuju Salatiga, Sirion yang baru setahun menjadi bagian dari keluarga tetapi langsung jadi favorit anak-anak, semuanya ini segera akan kami tinggalkan. Piano yang kami beli untuk Joel belajar piano dulu, juga harus ditinggalkan. Koleksi buku-buku yang sementara belum jelas nasibnya.. semuanya memenuhi ruang pikir saya. Mereka semua, bagian dari hidup kami, tetapi akan segera bukan lagi.
Papa dan Kimi hari ini menyempatkan diri ke tukang cukur langganan di Pasar Paramount. Hei, tukang cukur ini pun akan segera jadi kenangan.
The last time visiting Bro |
Yang hobi cukuran |
Hingga detik-detik terakhir, saya masih berusaha menyesaki koper-koper ini hingga batas maksimal daya muat mereka. Dan, inilah hasilnya:
Selesai juga |
Cik dan Tio datang dari Pamulang hari itu untuk mengucapkan salam perpisahan. Om Manik juga tak lupa menelpon langsung dari Bangka untuk berdoa bagi kami.
Beberapa teman yang pernah sekomsel datang untuk memberikan doa. Keluarga Ko Cris, Pak Fredy, dan PKS komsel yang lama May. Lalu, teman-teman komsel datang untuk mengantar keluar dari rumah untuk yang terakhir. Kami banyak didoakan dalam dua hari ini, kami seperti disirami dan dibungkus dengan doa. Luar biasa kasih yang kami terima.
Pemurid kami Dany, Ike, beserta kedua anaknya ikut mengantar bersama keluarga besar saya ke airport. Makasih ya, Dan & Ike. Tidak akan kulupakan kasih kalian.
Bye, Serena! Delapan tahun telah dilewatkan bersamamu. |
Bye, rumah! Teringat 11 tahun lalu, waktu kami rutin bolak-balik Tanjung Duren-Serpong untuk mengecek apakah kamu sudah selesai dibangun. |
With Mom & Dad, Dany & Ike |
0 comments