Seminggu Pertama Lima Orang Tropis di Sydney

11:43 PM

Seminggu pertama adalah masa-masa awal penyesuaian kami.
Hari pertama kami lewatkan dengan makan makanan apa saja yang kami bisa kami temukan di kulkas dan lemari. Kami tidur cukup awal hari itu karena cukup lelah oleh perjalanan.
Hal yang paling berkesan dalam minggu pertama adalah: dingiiiin.
Pertama kali menginjak rumah bernomor 92 di Malabar ini adalah rasa dingin yang menusuk. Kami masih membawa budaya Indonesia kami saat pertama tiba: lepas sandal di depan rumah. Sudah otomatis. Saya ingat lantai kayunya terasa sangat dingin seperti es. Semua yang saya sentuh dingin, bantal, kursi, counter dapur yang terbuat dari granit, air kamar mandi, bahkan selimut tebal yang ingin saya pakai untuk menghangatkan diri pun terasa dingin. Suhu tak jauh-jauh dari angka 10°C, bahkan pernah suatu pagi saya terbangun kedinginan dan hape saya menunjukkan 6°C. Brrr.
Demikianlah, ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam minggu pertama ini:

Banana bread, first baking in Syd

IKEA
Pagi hari kedua, kami diajak sarapan oleh sahabat kami Lyly-Sun An di Ikea Tempe. Menu sarapan adalah bacon, scramble egg, dan sosis seharga $4.5 saja, sementara porsi anak-anak $3.5. Sweet. Hearty as well.
Ikea Tempe, mengingatkan pada Ikea Alsut
Kimi sedang mencoba keempukan kasur di Ikea
Saya langsung menyadari kemiripan tata letak IKEA di sini dengan yang di Indonesia, yang di Alam Sutera. Hanya, di sini lebih ramah lagi terhadap anak-anak. Selain disediakan microwave, anak-anak juga dipinjamkan peralatan makan berbahan plastik warna-warni yang merupakan jualan mereka juga. Air putih bebas isi ulang di sini. Mainan untuk anak-anak yang bukan cuma sekadar basa-basi dan formalitas juga diletakkan di area restorannya.

Groceries


Belanja adalah salah satu hal yang wajib saya pelajari di sini. Saya harus mengalami semuanya, belanja di supermarket lokal, pasar, juga toko-toko penyedia kebutuhan orang Asia.
White Lotus di Kingsford ini misalnya, pasti akan jadi salah satu toko langganan. Walau berjudul toko Asia, jualannya bisa dikatakan sebagian besar barang Indonesia. Indomie, Teh Botol, Teh Kotak, hingga Kecap Bango, bahkan Yupi kesukaan tiga bocah juga ada. Ya, kamu ga bakal kalah update dengan yang di Indonesia, deh. Katanya, pemilik White Lotus orang Bangka. Kapan-kapan kalau memungkinkan mau saya ajak chit-chat.
Supermarket Asia yang lain juga tidak sulit dijumpai di Sydney, selain White Lotus yang ngIndonesia banget, ada yang spesialisasi produk Filipina, India, ada pula yang lebih generik seperti Tong Li.
Tak lupa mengunjungi supermarket lokal yaitu Coles, dan Woolsworth atau Woolies begitu orang Aussie yang hobi menyingkat-nyingkat kata ini menyebutnya. Coles tentu sudah tidak asing bagi orang Indonesia yang suka menonton Master Chef Australia, berhubung Coles adalah sponsor utama acara ini.
Olahan daging kangguru
Ada yang mau coba daging buaya?
Saya sempat mengalami kebingungan saat membeli produk curah di sini. Saya celingak-celinguk mencari-cari petugas alias abang timbangan, ternyata tidak perlu, semua kasir sudah dilengkapi dengan timbangan. Sayur-sayuran harganya cukup membikin otak rupiah saya mengalami arus pendek, saya gagal paham mengapa harga daging sapi tak jauh beda dengan yang di Jakarta, sementara harga sayuran hampir 10 kali lipat? Seikat caisim misalnya, jika dirupiahkan setara dengan Rp20.000. Tapi, memang ukuran sayurnya raksasa banget, sih. Produk-produk Asia sebenarnya bisa juga dijumpai di Coles atau Woolies, mereka bahkan punya lorong yang menjual makanan kosher yang biasanya dipasangkan dengan makanan sehat/vegetarian.
Ada lagi Aldi yang dari Jerman. Kebanyakan produk yang dijual di Aldi adalah merk dagang mereka sendiri. Harga barang-barangnya relatif lebih murah dari dua pesaing yang saya sebut di atas. Beberapa harganya malah hampir tidak masuk akal murahnya. O ya, jika ke Aldi, jangan lupa membawa tas belanjaan sendiri, karena Aldi tidak menyediakannya secara gratis.
Hasil belanja pertama di Aldi
Susu, beberapa varian keju, dan roti tawar adalah dua dari sekian banyak produk yang harganya tergolong sangat bersahabat di Australia. Susu 2 liter dalam botol misalnya, harganya hanya $2. Roti tawar putih satu loaf panjang tak sampai $1.
Counter Self-Service, check out sendiri, bayar sendiri
Stroberi, gede, yaaaa?
Administrasi
Saat menunggu bus menuju kota, membereskan administrasi
Dalam minggu pertama ini juga kami berusaha membereskan beberapa urusan administrasi. Agar kami bisa mendapatkan hak kami sebagai warga, kami harus punya rekening dulu. Kami memilih Commonwealth Bank of Australia (CBA) sebagai bank kami. CBA yang kami datangi haruslah yang dapat membantu kami sebagai migran baru, karena tidak semua CBA punya bagian ini. Salah satu cabang yang punya spesialisasi ini adalah yang di Martin Place - lokasi Sydney Siege yang mencekam beberapa waktu lalu. Masih banyak kartu yang diletakkan sekitar Lindt Cafe. Saya agak takjub dengan kemegahan kantor CBA satu ini. Bukan karena mewah, tapi karena sangat klasik. CBA selama ini saya asosiasikan dengan sesuatu yang modern, tapi di kantor ini, saya seperti terlempar ke beberapa abad lalu. Pelayanannya sangat personal, kami diberikan satu ruang khusus, anak-anak juga dipinjamkan mainan bowling oleh petugas yang membantu kami.
Commonwealth Bank of Australia, Martin Place
Setelah punya nomor rekening, berikutnya adalah Medicare atau kartu kesehatan. Kunjungan berikutnya adalah Centerlink, agar kami bisa mendapat bantuan tunjangan yang sepertinya akan sangat kami butuhkan dalam masa-masa awal ini.
Centerlink yang kami kunjungi, sambil mengajak anak-anak sedikit berpetualang, terletak di suburb bernama Surry Hills. Cukup ramai. Singkat kata, Centerlink ini adalah tempat kita meminta bantuan keuangan dari pemerintah. Untuk kami, yang cocok adalah family assistance. Ini memang hak warga, baik citizen maupun permanent resident seperti kami. Yang sedang menganggur, single parent, butuh bantuan untuk usaha, juga bisa mendapatkannya di sini.
Beberapa kali berurusan dengan orang pemerintahan, saya notice, mereka lebih suka menggunakan nama depan kita, bukan nama belakang. Orang Aussie mungkin lebih rileks ya, tidak kaku. Lalu, waktu kami menunggu giliran, kami mendengar sebuah nama dipanggil: Daian Phemelai, tanpa ragu dan penuh percaya diri Pampi menghadap petugas. Haha. Epik.
Centrelink @Surry Hills
Suburb Visit
Jauh sebelum berangkat ke Sydney, kami sudah mengincar-incar Castle Hill, sekitar 30 km dari pusat kota Sydney.
Hujan pertama
Setelah janjian dengan agen Ray White yang orang Indonesia, kami pun melaju ke sana.
Castle Hill adalah salah satu suburb dalam Hills District yang lokasinya di sebelah barat laut kota Sydney. Walau memang cukup jauh, namun daerah sini diramalkan akan berkembang pesat seiring gencarnya pembangunan yang dilakukan. Stasiun kereta saja yang belum ada, sehingga memang mustahil tinggal di daerah sini tanpa memiliki mobil pribadi, karena bus masih belum dapat diandalkan.
Oleh agen, kami diarahkan untuk melihat Kellyville. Setelah melihat sendiri lokasinya, kami putuskan, not now. Masih remote sekali rasanya daerahnya. Mungkin nanti. Ditambah lagi perjalanan berangkatnya cukup melelahkan, pulangnya apalagi, sebab berpapasan dengan jam pulang kantor.
Customer kecil menunggu giliran

Castle Towers Mall 
Play Time
Sambil menunggu urusan administrasi selesai, anak-anak tentu harus dihibur selalu. Dua pantai (di pesisir Timur, tentu) kami sambangi. Bondi sudah pasti wajib didatangi sebagai tanda sah jadi penduduk Sydney :), dan tak boleh dilewatkan mumpung tinggal jalan kaki: pantai Long Bay - Malabar sini aja.
Malabar 
Malabar 
Bondi
Yang paling seru adalah waktu main malam-malam di musim dingin di Darling Square. Semua gembira, karena Desember lalu mereka sudah pernah main di sini, dan rupanya berkesan sekali buat mereka.
Suhu cukup menggigit waktu itu, tapi ketiga anak kami tidak kekurangan kehangatan sedikit pun. Mereka terlihat sangat antusias untuk membakar kalori di sana. Perosotan, flying fox, ayunan, semua dimainkan, sementara saya menggigil kedinginan.
Playground @Darling Square
Kami main hingga jam 9 malam lewat hari itu. Tak pernah saya bayangkan sebelumnya, anak-anak saya bisa bermain di tempat terbuka hingga semalam ini, di udara yang sedingin ini pula. Sempat terbersit rasa khawatir, bagaimana kalau mereka sakit. Namun, mereka ternyata sangat tangguh. Semua sehat sampai hari ini. Thank God.

You Might Also Like

2 comments

  1. Nyengir pas baca Daian Phamelai! Kamu dipanggil apa, dong? Devhai? :-D
    Jaga kesehatan dan kebaikan, ya. Dev. Baik-baik di negeri orang, titip nama baik Indonesia--halah.

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images