Menyetir di Australia

7:48 AM

Sejak punya anak (banyak), bersendiri adalah suatu kemewahan. Jadi, sendirian di dalam mobil yang sedang dipanaskan di pagi hari menjadi salah satu waktu favorit saya. Menyesap keheningan pagi, begitu tenang sehingga suara-suara yang biasanya tak terdengar menjadi begitu jelas. Lalu, saat mobil meluncur perlahan di kompleks perumahan yang masih setengah tertidur, suara mesinnya yang halus membuat hati bungah. Betapa hal-hal kecil dan sederhanalah yang membuat hidup lebih bermakna, ya?

Itu sudah lebih dari dua tahun lalu. Waktu saya masih tinggal di Gading Serpong. Waktu saya masih belanja di pasar Sinpasa atau Paramount pagi-pagi sebelum anak-anak berangkat sekolah.

Sekarang beda. Pagi saya adalah pagi yang rusuh. Tak pernah ada lagi waktu bersendiri di mobil. Selalu dua bocah berisik hadir di jok mobil belakang. Mereka tak pernah diam kecuali tertidur di tempat duduknya saat menempuh perjalanan jauh.

Menyetir adalah pekerjaan yang bisa menyenangkan, namun kadang menyebalkan. Tak terasa, sudah lebih dari sepuluh tahun saya aktif mengemudikan mobil. Walau belajar menyetir sejak SMP, nyali baru saya peroleh setelah bekerja dan punya anak. Terdesak oleh situasi baru, tak ada cara selain memaksa diri keluar dari zona nyaman dan mulai berani mengemudikan mobil di Jakarta. Tahu kan bagaimana semrawutnya berkendara di Jakarta?

Saat ini saya punya dua surat izin mengemudi, satu terbitan Indonesia, satu lagi terbitan Australia. Dua-duanya masih aktif. Yang Australia baru saya dapatkan setahun lalu, setelah lagi-lagi terdesak oleh keadaan: mendapat pekerjaan dan harus mengantar dan menjemput anak-anak.

Rutinitas tiap pagi 
Tadinya saya ogah-ogahan mengambil SIM Australia ini, ujian praktiknya konon mengerikan. Kemampuan menyetir ala Indonesia dibawa ke negara ini ibarat bakal kalah sebelum bertanding. Waktu belajar ujian teori, saya lumayan merasa terintimidasi karena rupanya banyak benar peraturan yang ternyata saya tidak tahu. Hahaha.

Jadi, kawan-kawan, ketahuilah. Keterampilanmu berkendara di gang sempit, keahlian menyalip mobil di depanmu, zig-zagmu, manuver-manuvermu menghindari motor yang melawan arus, sama sekali tak terpakai di sini. Kalau kamu bisa membuat polisi pengujimu terkagum-kagum di Samsat dengan kemampuan slalom angka 8-mu, di sini kamu tidak bakal dilirik. Kamu di sini dituntut tahu segala peraturan yang berlaku dan taat pada aturan itu.

Speeding
Yang paling gampang saja: batas kecepatan. Siapa yang tahu berapa batas kecepatan mengemudi di jalan tol di Jakarta? Jangan-jangan banyak tidak tahu? Saya kasih tahu, 60km/h paling lambat, dan 120 80km/h paling cepat. Apa? 80? Saya pernah 140, tuh!

40km/h adalah batas kecepatanmu di jalan ini

Aha. Coba saja kamu melaju sekencang itu di jalan di Australia yang di sepanjang jalannya dihiasi rambu bertuliskan 60. Dua hal ini bisa jadi sudah menunggumu, antara dikejar mobil patroli, atau kamera kecepatan otomatis telah merekam ulahmu sekejap mata dan surat denda telah siap dilayangkan padamu.

Saya lumayan taat pada batas kecepatan di Australia sini. Bukan apa-apa, saya takut dendanya. Mahal banget. Selain mahal, poin kita juga berkurang banyak atau disebut di sini point demerit. Di akhir pekan, khususnya akhir pekan panjang, double demerit-lah yang berlaku. Sampai titik tertentu, jika poin terus berkurang, izin mengemudi kita dicabut. Dendanya tergantung sengebut apa kita. Lebih dari 10km/h sudah termasuk melanggar. Denda berkisar $116 - $2,284. 1 AUD kira-kira setara dengan Rp10.000. Jadi, ketahui dulu risiko yang menanti jika berani melanggar.

Tidak terima dengan tilang polisi? Silakan maju ke pengadilan. Siap-siap rogoh kocek jika terbukti salah, cek tabel di bawah.
Telepon Seluler
Pengemudi kendaraan menggunakan ponsel saat menunggu lampu merah atau macet biasa saja kan, di Indonesia? Di Australia jangan harap.

Handphone hanya boleh digunakan jika si pengemudi tidak menyentuhnya. Mungkin bisa belajar telepati dari sekarang? Saya terus terang pernah melanggarnya, dengan meminta bantuan SIRI, lalu dengan kecepatan kilat saya sentuh tombol pengeras suaranya. Nakal, ya.

Bagaimana untuk navigasi GPS? Bolehkah menggunakan ponsel? Boleh, jika kita sudah mendapatkan full license. Di Australia, ada beberapa tingkatan kesenioran pengemudi. Yang masih belajar L-earner, P(rovisional)1, P2, dan yang sudah senior seperti saya. Ahem. Hanya full licensed driver yang boleh menggunakan ponsel sebagai alat navigasi GPS, itu pun dengan catatan tidak menyentuhnya saat berkendara.

Jadi tidak boleh pake ponsel sama sekali? Jahat banget! Gimana kalau ada kondisi darurat dan tidak punya handsfree? Boleh, dong, tapi mobil harus diparkir dulu di tempat yang benar dan mesin mobil dimatikan. Ini entah beberapa kali sudah saya langgar. Bagian mematikan mesinnya maksud saya.

Video di bawah ini boleh disimak untuk panduan penggunaan ponsel bagi pengemudi:



Ngeri, dong, mengemudi di Australia? Tidak.
Begitu banyak peraturan, begitu besar denda, apa tidak bikin nervous? Awalnya saya kira begitu.
Nervous sekali waktu tes SIM, iya.

Sekarang saya justru merasa aman. Peraturan yang banyak ini justru bertujuan melindungi semua pemakai jalan. Belum pernah saya merasa seaman ini saat berkendara di jalan yang sibuk. Ketika lampu merah berganti hijau, tanpa was-was saya memacu mobil sampai batas yang ditentukan. Tak perlu khawatir ada yang tiba-tiba nyelonong. Walau ada juga sih satu-dua moron, tapi jumlah mereka tidak banyak. Di perempatan pun semua paham peraturan, walau lampu hijau menyala, selama ada antrian di depan tak ada yang akan merangsek maju. Perempatan selalu harus bebas dari kendaraan. Semua pengendara jalan punya hak yang sama.

Penunjuk jalan di mana-mana, sampai pernah saya berpikir, ya ampun, ribet banget ya ini negara? Ini orang-orang Australia dianggap murid TK/SD apa ya, semua harus ada petunjuknya? Tapi, jika dipikir-pikir lagi, memang seharusnya begitu, ya. Semuanya harus jelas dan bisa dipahami semua orang di jalan agar tak ada kebingungan. Selain itu, dengan memberi petunjuk di mana-mana, pihak otoritas bakal susah didebat. :)

Gambar di bawah ini misalnya. Tanda panah ke kanan kerlap-kerlip ini dipasang saat ada pekerjaan jalan di malam hari. Pemakai jalan pasti bisa melihat ini dari kejauhan, sehingga dapat mengantisipasinya.

Roadwork, 40km/h
Atau penunjuk arah yang dicat di aspal. Kamu melanggar? Siapkan alasan terbaikmu.
Contoh: "Eng, tadi panahnya lurus, lho, entah kenapa mendadak jadi bengkok. Pasti kalian pake cat buatan China, ya! Kalian korupsi uang pajak kami dengan menggunakan cat murah, kan! Kan!"

panah dicat di jalan
Speed Camera ada di depan, hati-hati!
Tak Berarti Selalu Aman
Dengan sebegitu banyak peraturan, apakah itu menjamin semuanya mulus? Saya pernah disenggol sebuah truk yang sedang mengangkut mobil. Tampaknya saya ada di blind spot-nya dan dia tidak melihat mobil saya ketika mencoba pindah jalur dari kanan ke kiri. Untungnya tidak keras, sehingga tidak terlalu besar kerusakannya.

Yang menabrak saya

Kerusakannya
Pengemudi truk segera menghentikan kendaraannya di tempat yang aman, dia minta maaf karena tidak melihat saya. Kami bertukar informasi SIM, nomor kendaraan, untuk diserahkan kepada pengelola asuransi, lalu hidup kami berlanjut. Semua klaim berjalan baik, ganti rugi sudah dilakukan, tak ada drama. All good. Mudah, ya?

Dengan tak banyak kejutan-kejutan di jalan, tentunya berkendara jadi lebih mudah, semuanya lebih teratur bukan? Foto di bawah ini rasanya bisa menjawab pertanyaan di atas.

Mas Santa pun merasa aman naik motor di Australia

Lain kali saya akan ceritakan pengalaman mendapatkan SIM Australia saya, ya. Lain kali.


You Might Also Like

1 comments

  1. kak bole minta kontaknya. untuk menambah relasi aja di oz. kebetulan saya newbie di nsw juga.

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images