Eruv: Ketika Keberagaman Dipertanyakan

9:12 AM

Tinggal di Australia membuat saya lebih terekpos pada agama dan keyakinan yang lebih beragam, seperti Freemason, Sikh, Baha.i, Yudaisme, bahkan di kolom agama ketika sensus diadakan makin banyak yang mencantumkan Jedi sebagai agamanya. Hahaha.

Seorang teman dari Malaysia bernama Sheren berkeyakinan Sikh. Saya mengenal anaknya sebagai satu-satunya murid bersorban di SD tempat anak-anak saya bersekolah. Saya pun bertanya kepadanya, mengapa bersorban? Karena agama kami melarang kami memotong rambut (orang Sikh percaya rambut manusia di mana pun lokasinya, akan berhenti tumbuh sampai panjang tertentu). Ah, mengingatkan saya kepada Simson yang sejak lahir telah diberikan mandat khusus untuk tidak pernah mencukur rambutnya. Juga teringat pada kepercayaan di masyarakat Dieng akan rambut gimbal yang harus diperlakukan secara khusus.

Sebegitu banyaknya agama dan kepercayaan di negara ini, belum pernah saya dengar terjadi bentrok karena urusan satu ini. Agama, keyakinan seseorang sebetapa konyol dan masuk akalnya pun bagi kita, diperlakukan sebagai area pribadi, tidak untuk dikutak-katik, tidak untuk ditertawakan setidaknya di depan umum. :)

Namun, belum terlalu lama ini sempat juga ada 'kericuhan' di salah satu suburb bernama St Ives yang termasuk dalam council tempat saya tinggal. St Ives adalah sebuah suburb cantik dengan rumah-rumah megah yang memiliki komunitas penganut Yudaisme (Jews) yang cukup besar.

Bagi penganut Yudaisme, Sabat adalah hari yang sakral, hari ketika mereka beristirahat dan tidak bekerja. Ada beberapa interpretasi tentang bekerja, tapi bagi Orthodox Jews, segala bentuk pekerjaan dihindari, termasuk memencet tombol lift. Dengan dasar interpretasi demikian, mereka pun tidak diperbolehkan mengangkat/memindahkan barang dari area pribadi (seperti rumah) ke tempat terbuka (publik). Hal ini tentu akan menyulitkan mobilitas mereka, khususnya orang-orang yang punya keterbatasan fisik atau orang tua yang memiliki anak kecil. Bagi Orthodox Jews, Sabat adalah hari ketika mereka meluangkan waktu bersama keluarga, tidak hanya kegiatan keagamaan, namun juga untuk bermain. Jangan bayangkan mereka mendekam di dalam rumah tidak ke mana-mana untuk berdoa atau membaca Torah, namun Sabat mereka imani sebagai pemberian dari Yahweh (Tuhan) untuk mereka beristirahat dari kepenatan hidup dan bergembira karenanya. Aturan yang saya sebut di atas membuat mereka tidak dapat keluar rumah sambil mendorong kursi roda misalnya, untuk ke sinagog terdekat, atau sekadar bercengkrama dengan teman-teman lain. Untuk itulah eruv diperlukan.

Eruv
Waduh. Apalagi eruv itu? Pada gambar di atas, terlihat kan ada kawat tipis yang dipasang di tiang lampu? Itulah eruv. Sulit menjelaskannya, namun kira-kira begini, eruv membuat area publik menjadi pribadi, sehingga teman-teman Ortodox Jews tetap boleh membawa barang-barang yang tadinya mereka tidak boleh bawa ke area publik. Eruv semacam sarana untuk memperluas wilayah pribadi bagi kaum Ortodox Jews. Bayangkan, benda tipis yang melayang di udara ini setara dengan kebebasan penganut Yudaisme agar tak lagi terkurung di dalam rumah. Sulit dipahami oleh kita yang tidak dibesarkan oleh tradisi ini, namun perlu kita sadari bahwa ini penting bagi mereka. Penting bagi mereka untuk tetap beraktivitas tanpa melangggar aturan agamanya. Mungkin bisa baca di situs resmi Sydney Eruv biar lebih jelas.

Batas eruv di St Ives, semua yang berada dalam wilayah yang ditandai garis ungu menjadi ruang pribadi bagi umat Yudaisme Ortodoks
Nah, eruv telah terpasang di St Ives atas persetujuan dengan Ausgrid - perusahaan listrik- sebagai pemilik tiang listrik dan council sebagai pemerintahan setempat . Kemudian ada anggota masyarakat yang menyadari kehadiran benda tersebut dan timbul prasangka. Lalu, selebaran-selebaran pun mulai disebar. Mereka menggalang petisi menolak kehadiran eruv. Mengusung asas masyarakat multikultural, mereka menolak adanya identitas agama tertentu yang seolah-olah ingin menguasai ruang publik. Ramai saya baca surat pembaca di koran-koran lokal, baik yang pro mau pun kontra. Council sempat kewalahan, para senator pun agaknya terbelah. Namun, akhir dari cerita ini boleh dibaca di sini, eruv tetap diperkenankan terpasang di St Ives. Toh, kawat yang terpasang di atas itu tidak merugikan siapa-siapa, kan? Tidak akan ada yang imannya terhadap Jedi, terhadap Khrisna, terhadap siapa pun yang mereka yakini, akan tergerus bukan? Di sinilah toleransi menjadi sesuatu yang sangat berharga, karena kita walau tak mampu paham, namun rasa kemanusiaan kita mendesak untuk memberi keleluasaan bagi penganut agama lain untuk dapat tetap beribadah. 

Tetap dapat beraktivitas bertemu tetangga di hari Sabat

Begitulah cerita dari North Shore, tempat kebanyakan kaum berada dan terpelajar tinggal. Mereka pun tak lepas dari prasangka. Untuk itulah pemerintah hadir, untuk menengahi, mengadministrasi keadilan. 

Sebagai penutup, saya kutipkan pendapat seorang ibu penganut Yudaisme yang tinggal di St Ives, tentang pengaruh keputusan tentang eruv itu dalam hidupnya dan meminta dukungan dari sesama kaum ibu di North Shore agar dapat menyuarakan pendapatnya ke council. Tautannya di sini.  

"Eighteen months ago, with the approval of Ausgrid, an Eruv (a set of small plastic pipes attached to power poles) was erected in the area. According to Jewish Law this Eruv turns public space into private space and allows Jewish mums to push prams on the Sabbath, to attend synagogue with young children and to socialise with friends. Eruvs have been in use since biblical times and today are in place in many major cities – New York, London, Johannesburg , Melbourne and there is one in the eastern suburbs of Sydney in Bondi. The only notable impact of the Eruv in the past eighteen months has been the sight of happy families walking to and from synagogue and friends on Saturdays. 
Now the local council has now challenged the legality of the Eruv and have put it to a vote of the St Ives residents whether to support the ongoing existence of the Eruv or tear it down."
saya terjemahkan di sini (jika ada yang perlu):
"Delapan belas bulan yang lalu, atas persetujuan Ausgrid, eruv (rangkaian pipa plastik yang dipasang di tiang listrik) telah terpasang di wilayah ini (St Ives). Menurut hukum agama Yahudi, Eruv mengubah ruang publik menjadi ruang privat, sehingga para ibu beragama Yahudi dapat mendorong kereta bayinya di hari Sabat, baik ke sinagog maupun untuk bersosialisasi dengan teman. Eruv telah digunakan sejak zaman Alkitab hingga kini di berbagai kota-kota besar seperti New York, London, Johannesburg, Melbourne, juga di salah satu suburb di Sydney yaitu Bondi. Satu-satunya efek yang terlihat jelas dengan adanya pemasangan eruv selama delapan belas bulan ini adalah pemandangan akan keluarga-keluarga yang bergembira berjalan ke dan dari sinagog atau ke tempat temannya pada hari Sabtu. Kini pemerintahan setempat dipertanyakan akan kesahihan eruv ini, bahkan akan mengadakan pemungutan suara warga St Ives agar dapat ditentukan apakah akan terus mendukung keberadaan eruv atau merobohkannya."

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images