Christmas Carols Spectacular di Hillsong

8:39 AM

Ayah mertua saya yang juga adalah seorang pendeta, pernah berkata bahwa gereja yang baik itu adalah yang terlibat dalam pelayanan masyarakat. Saya amini, karena jika gereja terlalu banyak berfokus ke dalam, gereja akan menjadi terlalu di awang-awang, melayang-layang di atas awan. Gereja yang hanya sibuk mengurusi tata cara ibadat, bagaimana berdoa dengan sempurna, dll, tidak akan pernah dapat menjadi saksi Kristus, karena kita tahu betapa pedulinya Yesus kepada orang-orang yang miskin, lemah, tak berdaya, dan tertolak.

Ticket to the show
Minggu, 13 September 2014, kami menghadiri acara bertajuk Christmas Carols Spectacular di gereja Hillsong. Acaranya memang spektakuler, megah, penuh kreativitas, tertata sangat apik. Saya rasa sebagian besar setuju jika acara ini memang keren. Bagi saya pribadi, acara yang dikemas cantik sekitar 1 jam 45 menit ini sungguh amat menawan, hingga saya berani bilang ini acara Natal terindah yang pernah saya ikuti. Tetapi, apakah itu saja? Pertunjukan yang spektakuler, indah, keren, cantik saja? Itukah makna Natal?

Sebagian orang mungkin akan mencibir acara ini. Natal itu adalah tentang kesederhanaan, Bro and Sis. Yesus lahir di kandang binatang, Bok. Ga pantas dirayakan dengan mewah seperti itu!

Memang pantas kita berkata seperti itu. Kecuali jika kita lihat siapa penyelenggara acara ini. Lihat di tiket, ada tulisannya: Hillsong CityCare presents Christmas Carols Spectacular.
Ya, jadi acara ini diselenggarakan oleh Hillsong CityCare, organisasi sosial (charity) yang dinaungi gereja Hillsong. Jadi, bisa ditebak, profit yang didapatkan dalam acara ini adalah untuk CityCare. Atau dengan kata lain, ini sebenarnya adalah acara penggalangan dana, yang dikemas dalam bentuk tontonan musikal yang apik dan ciamik.

Musik yang indah, pertunjukan tari yang dilakukan dengan sangat profesional dan terlihat ada latihan yang keras di baliknya, bisa dibilang tanpa cacat, bagi saya adalah sebuah makanan bagi jiwa. Menurut panitia, kisah natal yang dituturkan secara teatrikal ini seperti yang diadakan juga di West End - London. Memang indah, sih. Keindahan sangat baik untuk mengisi jiwa kita. Dan, tanpa terasa air mata saya menitik saat mendengarkan lagu O Holy Night yang dinyanyikan dengan sangat indah.

Acara ini tidak gratis, setiap orang harus membeli tiket seharga $5. Hebatnya, 100% uang tiket dapat di-refund usai acara. Disediakan counter refund bagi yang ingin mendapatkan kembali uang tiketnya. Yang tidak merasa perlu refund bagaimana? Masukkan saja tiket ke dalam ember khusus yang diedarkan, itu akan dihitung sebagai donasi untuk CityCare.

Acara ini berlangsung dari tanggal 12-20 Desember, tiap Sabtu & Minggu, satu pertunjukan di hari Sabtu sore, dan  dua pertunjukan di hari Minggu, pukul 4 sore dan 7 malam. Tiket bisa dibeli langsung di tempat, dan dapat diuangkan kembali (jika perlu).

Lengkapnya bisa dibaca di sini.

CityCare
Selain pelayanan rutin, setiap Paskah dan Natal, CityCare selalu sibuk bekerja agar banyak orang yang tidak beruntung dapat turut merasakan sedikit kegembiraan. Saya pikir Australia adalah negara yang makmur, semiskin-miskinnya orang sini tentu lebih miskin orang miskin di negara saya. Namun ternyata tidak selalu begitu. Setelah menonton video-video berisi kisah keluarga-keluarga yang mendapat hamper dari Stuff The Bus, saya mengerti.

Secara keuangan, keluarga-keluarga ini mungkin memang mengalami masalah. Natal identik dengan hadiah. Seorang ayah di video itu berkata, setiap Natal mereka merasa takut, hancur hati, karena tidak dapat memberikan hadiah yang diingini hati anak-anaknya, karena mereka memang tidak punya apa-apa. Penampilan mereka memang tidak seperti orang miskin di Indonesia. Mereka tinggal di rumah yang layak, punya pakaian yang baik, punya mobil. Well, standar miskin di kedua negara ini memang tak bisa dibandingkan apple to apple. Warga negara yang tidak punya penghasilan pun masih dapat hidup cukup layak, karena ada tunjangan dari pemerintah. Jadi, memang tak bisa dilihat dari faktor itu. Namun, jauh melebihi faktor keuangan itu, sungguh saya dapat melihat, mereka bersyukur dengan program semacam Stuff The Bus ini karena itu menunjukkan ada yang peduli dengan mereka. Tinggal di negara maju dengan individualisme tinggi seperti ini, teman-teman, mudah sekali merasa kesepian dan sendirian. Mudah sekali merasa tak ada yang mempedulikan. Itu saya alami sendiri, karena itu saya paham.

Stuff The Bus
Di gereja saya di Indonesia, yang tiap Lebaran jemaat akan dihimbau untuk menyumbang sembako, pakaian layak pakai, dll, lalu akan disalurkan dalam bentuk bazaar yang dikoordinasi oleh teman-teman yang terlibat dalam Pelayanan Masyarakat. Warga sekitar akan datang berbondong-bondong untuk membeli produk-produk ini dengan harga sangat murah.

Di Hillsong juga ada program serupa, ya Stuff The Bus ini. Kami sekeluarga juga ingin ingin ikut terlibat. Kami membeli beberapa barang di dalam daftar yang telah diberikan, seperti susu kotak, selai, kopi, teh, dll. Senang rasanya bisa ikut terlibat.

Christmas Carols Spectacular
Baiklah, karena judul posting ini adalah Christmas Carols Spectacular, tentu saya harus menceritakannya. :)
Di layar besar di panggung, diceritakanlah tentang tiga orang sahabat dari tanah Persia: Caspar, Melchior, dan Balthazar. Melchior terus mempertanyakan mengapa terjadi sampai tiga kali, konjungsi antara bintang raja (Regulus) dan planet raja (Yupiter). Ia yakin pasti ini adalah tanda akan kelahiran seorang raja yang sangat besar, malahan paling besar. Mereka bertiga lantas memutuskan untuk membuntuti bintang itu... naik balon terbang. Hahaha.
Tak terlalu beruntung, balon itu terempas di sebuah negeri di Afrika: Madagascar. Singkat cerita, kepala suku begitu tahu mereka mencari Raja Terbesar, menitipkan sebuah hadiah untuk dipersembahkan kepada Sang Raja. Dari Madagascar, mereka terus berjalan hingga Kenya. Sama, kepala suku juga menitipkan hadiah untung Sang Raja. Terakhir mereka sampai di Tibet. Di dalam sebuah tenda yang dikelilingi padang salju, sang pemimpin menyerahkan hadiah untuk disampaikan kepada raja yang baru lahir. Namun, di sini juga mereka ditangkap, di bawa ke kerjaan Yudea dan dipenjarakan oleh tangan kanan Raja Herodes, raja Yudea, yang sudah dikuasai kedengkian ingin melenyapkan siapa pun yang mengancam tahta dan kedudukannya sebagai penguasa.
Singkat cerita, ketiga ahli bintang dari Persia berhasil menemukan raja yang mereka cari-cari. Seorang bayi mungil di dalam palungan bernama Yesus Kristus.
Cerita ini disajikan dalam bentuk potongan-potongan, yang diselingi oleh lagu-lagu Natal. Lagu-lagu Natal yang sudah tak asing lagi bagi kita ditampilkan dalam aransemen yang berbeda. Ada warna Hawaiian, Afrika, big band, juga musik dance, dan musik kekinian. Halah. Permainan lampu mereka sangat menawan. Ketiga bocah saya yang biasanya protes bosan kalau ikut kebaktian bersama orang tuanya, hari ini duduk diam menikmati pertunjukan ini.

Si Bintang Betlehem yang cemerlang
The Little Drummer Boy
Saat lampu dimatikan
Permainan lighting-nya memang cantik punya. Seperti ini:
Saat berkas-berkas ini bertemu, keren sekali

Just awesome
Siapakah sosok yang menjadi subyek pertunjukan malam ini. Dia, yang nama-Nya terpampang di layar malam itu. Untuk Dia-lah acara ini dipersembahkan. Joel A'Bell, lead pastor Hillsong Church, membawakan sedikit pesan malam itu. It is not only about the baby in the manger. It's only a part of a big picture. Natal + Paskah adalah gambar utuhnya. Sebuah karya yang dimulai di suatu malam di kota Betlehem, dan digenapi di suatu sore yang kelam di Bukit Golgota.
His name is Christ
Demikianlan malam itu berakhir.
Selamat Natal!



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images