Cinta dalam Semangkuk Pho

7:43 AM

Pho, makanan ini populer sekali di Australia. Saya duga karena jumlah migran asal Vietnam termasuk tinggi dan mereka terkenal berkoloni di dua suburb yang terkenal dengan komunitas migran asal Vietnam, yaitu Cabramatta dan Bankstown.

Di dua suburb ini dengan mudah kita dapat temukan bumbu-bumbu dan bahan masakan Vietnam dan Asia Tenggara. Pepaya muda, terong hijau, tidak sulit dicari di sini. Tahu favorit saya yang isinya padat, ranum, dan ginak-ginuk bisa didapat dengan mudah di tempat ini.

Nhu Quynh tofu 
Tahu kayak gini tu langka lo, teman-teman. Yang banyak dijual di toko-toko grosir Asia adalah jenis goreng kopong, atau kalau bukan yang putih tawar keras banget, yang super lembut gampang hancur tawar juga. Tahu Nhu Quynh cocok dengan lidah Indonesia yang sudah terbiasa dimanjakan dengan tahu yang empuk dan ada rasanya tidak hambar. Mendapatkannya di luar kampung-kampung Vietnam tidak mudah di Sydney, hanya toko grosir tertentu yang menjualnya, salah satunya toko White Lotus yang dimiliki orang Indonesia asal Belitung.

Pho rare beef
Mari kembali ke pho. Saya kenal makanan ini sudah lama sebenarnya, waktu masih tinggal di Jakarta dan kadang-kadang hang out dengan teman-teman. Seorang teman saya, bisa dibilang foodie karena dia banyak tahu tentang makanan selain masakan Indonesia, memesan pho. Gerai pho yang cukup beken di Jakarta waktu itu adalah Pho Hoa, waktu itu saya masih melafalkannya seperti dalam bahasa Indonesia: Pho Hwa. Sempat mencicipi, saya tidak suka. Mungkin karena selain bukan penyuka daging sapi, saya 'ga nangkep' rasanya. Enakan bakso ke mana-mana!

Di Australia ini lain lagi ceritanya. Titik baliknya adalah ketika saya sedang kelaparan di Melbourne, Desember 2014 lalu, saat kami berlima sedang menjajaki bagaimana rasanya tinggal di Australia. Janjian dengan sepupu yang tinggal di Melbourne, kami makan siang bersama di sebuah kedai pho dekat stasiun Flinders Street. Saya jatuh cinta. Saya tidak pernah akan lupa rasanya. Begitu kaya, begitu nikmat sampai ke hati. Sepertinya itulah pho terenak yang saya pernah makan. Image saya tentang pho bau sapi seperti yang saya alami di Jakarta, pupus sudah. Mungkin karena memang lapar, atau sudah rindu cita rasa bumbu kaya rempah begini.

Lalu, ketika kami akhirnya menetap di Sydney, pho pun tak terhindarkan lagi, dan bahkan menjadi semacam menu tetap saat ingin makan di luar, tapi kondisi keuangan terbatas. Hahaha. Pho ini tidak murah jika dilihat dari kantong Indonesia, saudara-saudara... Semurah-murahnya $9, atau Rp90.000 jika dikonversikan ke rupiah. Namun untuk ukuran Sydney, ini adalah harga makanan kelas warung atau kedai kecil.

Lihatlah dua cowok beda generasi ini. Bapak dan anak ini sanggup menghabiskan satu porsi pho, sementara sang Ibu biasanya berbagi satu mangkuk pho dengan kedua anaknya yang kecil. Ya, beginilah cara kami mengirit, dan memang kenyang, kok. Biasanya saya pesan tambahan satu mangkuk side dish berisi bakso saja. Nah, itu kami bagi bertiga. Chloe yang juga mengikuti jejak saya agak pilih-pilih soal daging, biasanya lebih memilih mie, 2-3 potong daging, dan kuahnya, sementara adiknya Kimi mendapat sisanya, banyak sekali daging. Cowok-cowok di rumah kami memang pemakan daging.

Their favourite 

Tampak depan An
Foto di atas ini adalah ketika pertama kali kami makan pho di Sydney, di An Restaurant, sebuah restoran Vietnam ternama di Bankstown. Enak? Enak, dong. Memeras lemon dan menyobek daun-daun kemangi yang sangat segar ke atas sup, lalu memotong-motong dagingnya dengan gunting, menaburi sup dengan irisan cabe rawit dan tauge yang sangat baik kwalitasnya, wiihh...  mungkin pengalaman makan itu yang membuat saya ketagihan. Bahan-bahan terbaik yang mereka hidangkan. Saya tidak ingat apakah restoran pho di Indonesia menyajikan pho lengkap dengan jeruk lemon dan daun kemangi khusus ini.

Selain An, ada satu lagi restoran yang kadang kami singgahi juga di Cabramatta. Namanya: Ann. Lho? Kok mirip sama An yang di Bankstown? Iyah. Konon katanya koki An ada yang membelot dan buka sendiri di Cabramatta dan memakai nama yang terdengar sama tetapi beda ejaan. Kurang kreatif memang. Tapi kalau memang nama mereka sama, masa mau kita salahin. Gimana kalau ada dua Budi kerja di restoran Budi, lalu Budi yang satu memutuskan untuk buka restoran dan memakai namanya sendiri, memang ada yang bisa larang?
Pho di kedai Ann

Ann berada di dalam sebuah gang yang cukup lebar, tetapi tidak boleh dilewati oleh mobil, mungkin motor boleh masuk karena di sini adalah daerah orang Asia Tenggara, yang berarti peraturan boleh ditafsirkan sesukanya asal semua happy. Eh, itu saya menuduh lho, ya.

Lorong berisi aneka macam toko Vietnam

Ikut mengantri Ann Restaurant bersama pemain barongsai saat perayaan Chinese New Year 2016

Di Ann, pho-nya cenderung lebih manis dengan rasa bawang bombay yang lebih kuat, sedangkan di An pho-nya terasa lebih gurih. Lebih suka yang mana? Dua-duanya suka, tapi saya masih lebih suka yang gurih yang di An.

Eh, jadi bagaimana cara melafalkan 'pho' yang benar? Coba lafalkan 'fuh' seperti dalam bahasa Inggris. Begitu kira-kira.

Yang menarik dari restoran-restoran pho ini adalah, walaupun mereka menyajikan makanan tradisional, dan bukan dalam kategori fine dining, mereka sangat hi-tech dalam menerima pesanan. Ucapkanlah pesananmu kepada pramusaji yang sudah siaga dengan gadgetnya memasukkan pesanan Anda, dalam waktu antara 5-10 menit, semangkuk pho panas kebul-kebul sudah terhidang di depan matamu. Kecepatan mereka luar biasa.

O ya, jangan lupa pesan es kopi Vietnam (ca phe da). Wih, rasanya yang pahit manis mampu membuat mata yang sudah sepet jadi berseri kembali, nendang banget.

Suburb Cabramatta & Bankstown
Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, kedua suburb ini memiliki komunitas Vietnam yang besar, sehingga jika berada di situ, kita akan merasa tidak sedang di Australia. Bahasa yang digunakan, papan iklan yang dipasang, semuanya terasa asing dan begitu Vietnam, begitu Asia. Minum air tebu di Sydney? Bukan soal.

Shopping Centre Vietnam di Cabramatta
Joel dan jus air tebu
Ini adalah salah satu toko kelontong di Bankstown. Karena ini adalah kunjungan pertama, kami sempat terpana melihat aksi penjaga toko memikat calon pengunjung. Dia menyanyi, saudara-saudara. Nyanyian rayuan untuk menarik pengunjung masuk melihat-lihat ke dalam tokonya. Sayangnya dalam bahasa Vietnam. Lagunya seperti chant, seperti mantra, menyihir. Saya sempat merekamnya, nanti kalau sudah sempat saya upload-kan di sini.

Add caption

pasar Cabramatta
Toko-tokonya mengingatkan saya dengan pasar Kopro Tanjung Duren. Mungkin ini yang kadang membuat kami selalu kembali ke tempat-tempat ini, karena mampu membuat rasa rindu kampung halaman lumayan terobati. Semrawutnya, berantakannya, orang-orang yang terlihat biasa-biasa saja tak beda dengan kami, ributnya mereka ketika sedang bicara, begitu mengingatkan saya kepada Indonesia saya. Kami pasti akan selalu kembali ke sini.










You Might Also Like

3 comments

  1. Jadi tahunya beli di manaaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang aku beli kemaren di salah satu toko serba ada di Bankstown. Yang di Bankstown ini dia ga taruh di kulkas, jadi bisa aku asumsikan emang masih fresh. ;) Rasanya emang jauh lebih superior ketimbang yang aku beli di White Lotus.

      Delete
  2. Jadi tahunya beli di manaaaaa

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images