Berpisah Kita, Malabar
5:44 PMTak terasa sudah lebih dari satu bulan kami tinggal di Malabar. Dan kami akan meninggalkannya beberapa hari lagi. Tulisan ini adalah untuk mengenangnya. Masa-masa awal yang berat namun manis di sebuah tempat bernama Malabar.
Saya suka tempat ini. Pengalaman tinggal di lingkungan permukiman itu selalu terasa menyenangkan. Apalagi tempat ini cukup eksklusif, terpisah dari keramaian. Belum lagi pemandangan luar biasa yang selalu menyambut kami tiap kali membuka pintu atau jendela yang menghadap ke jalan. Teluk berair biru yang cantik, burung-burung yang melintas dan mengeluarkan suara yang membuatmu tiba-tiba membuncah karena bahagia, ah, bukankah mereka telah memberi warna meriah di harimu yang dingin di negara orang?
![]() |
Good morning, Malabar! |
![]() |
Rainbow on a quiet dusk sky in Malabar |
Suburb Malabar sendiri dinamai demikian karena ada sebuah kapal yang menabrak batu, yang memang banyak di teluk Long Bay; bulan April tahun 1931 bernama MV Malabar. MV Malabar melayari rute Melbourne-Singapore, dan mengangkut penumpang dan kargo ke dan dari kota-kota seperti Sydney, dan juga Jakarta! Dari manakah nama Malabar yang disematkan kepadanya? You guessed it. Dari nama gunung di pulau Jawa. Itu juga membuat saya merasa lebih connected dengan negara asal saya tercinta Indonesia.
Artikel di Wikipedia memang berkata nama MV Malabar diambil dari nama tempat di India, saya lebih condong kepada penjelasan buku ini:
![]() |
From Long Bay to Malabar: A Village by the Sea, Patrick Kennedy |
![]() |
St. Andrew Catholic School, satu kompleks dengan gereja St. Andrew |
Di depan St. Andrew-lah pusat keramaiannya. Ada supermarket kecil di situ, telur, susu, mentega bisa didapat di sana. Ada laundry, agen penjual rumah, klinik, kafe kecil, ada penjual roti, kantor pos, dan lain-lain.
![]() |
Rumahnya yang nomor dua dari kiri, sebelah rumah merah |
![]() |
Perjalanan kembali dari pantai |
![]() |
Perjalanan kembali dari naik bus |
![]() |
Batu karang (?) besar di depan rumah ini jadi favorit anak-anak untuk main |
Anak-anak akan merindukan Harry, si Golden ramah milik tetangga di ujung jalan.
![]() |
Harry selalu dengan suka rela memberi diri dielus-elus |
Sekarang mari saya cerita tentang pantainya. Sayang sekali kami datang ketika musim dingin, jadi tidak bisa sering-sering ke pantai, walau anak-anak meminta-minta. Dingin kali! Sehangat-hangatnya 20° C, baru saya agak berani membawa mereka menghirup angin laut. Sayang memang.
Pantai Malabar adalah sebuah teluk yang tadinya juga disebut Long Bay. Pantainya tenang sekali, tidak ramai seperti Bondi. Rasanya seperti pantai pribadi. Juga, rasanya menakjubkan bisa memandang laut lepas, sambil membayangkan kapal-kapal yang pernah karam di sini.
![]() |
Birunya, hijaunya, indah |
![]() |
Quiet beach |
![]() |
Tempat mancing dan parkir perahu |
![]() |
Playground - Cromwell Park |
![]() |
Monumen |
![]() |
Pohon dan kartu ucapan untuk salah satu korban |
![]() |
Berangkat wawancara pertama kali, 22 Juli 2015 |
![]() |
Pemandangan dari kamar utama, beach view |
![]() |
Dapur |
![]() |
Kebun depan |
![]() |
pinggiran undakan dijadikan Kimi perosotan |
![]() |
beranda belakang, tempat hebat untuk makan bersama |
![]() |
Bagian belakang samping, tempat menjemur baju |
Btw, penasaran tidak, kenapa nama Long Bay diganti jadi Malabar? Menurut buku From Long Bay to Malabar, adalah karena warga semakin risih dengan nama Long Bay, dan mereka meminta kepada council agar nama itu diganti. Long Bay adalah juga nama Lembaga Permasyarakatan di Sydney. Jadi, mereka risih kalau ditanya, "Where do you live?" dan mereka menjawab, "Long Bay" lalu itu akan menjadi bahan olok-olok, "Inside or outside?" Hahaha.
Ya, itulah sebabnya.
So, good bye, Malabar.
0 comments